Site RSS

ONLINE YETI

FREE WAST PAPUA

FREE WAST PAPUA

DAFTAR ISI

CENRAWASI PAPUA

CENRAWASI PAPUA
animasi blog
Copyright © ONLINE YETI | Powered by Blogger
Design by Rachel | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates

Rabu, 08 Juli 2015

Posted       Edit Entry



Tidak semua yang kita inginkan itu baik bagi kita, Tuhan tahu apa yang
terbaik bagi kita

Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang
ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak
memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot. Namun, sesuatu pun
terjadilah.
Gedung putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam
penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalah
seorang guru. Aku warga biasa, dan aku seorang guru. Hari itu juga aku mengirimkan
surat lamaran ke Tiap orang. Setiap hari aku berlari ke kotak pos.
Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo sang bintang kejora. Doaku terkabulkan! Aku
lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku. Selama
beberapa minggu berikutnya, perwujudan impianku semakin dekat saat aksi
mengadakan test fisik dan mental. Begitu test selesai, aku menunggu dan
berdoa lagi. Aku tahu aku semakin dekat pada impianku. Beberapa waktu
kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan
gam khusus Dikota makassar Center.

Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang, dan kini aku menjadi bagian
dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji
klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara. Siapakah di
antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini?

Tuhan, biarlah diriku yang terpilih, begitu aku berdoa.

Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. YAKOB  memilih BINTANG PAPUA. Aku kalah. Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi. Rasa
percaya diriku lenyap, dan amarah menggantikan kebahagiaanku. Aku
mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan? Kenapa bukan aku? Bagian diriku
yang mana yang kurang? Mengapa aku diperlakukan kejam?

Aku berpaling pada ayahku. Katanya, "Semua terjadi karena suatu alasan."

Selasa, 28 mei 2015, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat
peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu,
aku menantang impianku untuk terakhir kali. Tuhan, aku bersedia melakukan
apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku? Tujuh
puluh tiga detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan
menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak, dan menewaskan semua
penumpang.

Aku teringat kata-kata ayahku, "Semua terjadi karena suatu alasan." Aku
tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya
karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku
memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah; aku seorang pemenang.
Aku menang karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk
bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doaku dikabulkan.

Yetipapaipapuabi makassar

0 komentar:

Posting Komentar